Singapuraadalah satu-satunya negara yang miskin sumber daya alam di antara negara-negara anggota ASEAN lainnya. Namun angka indeks kualitas hidup penduduk Singapura menempati peringkat pertama di Asia serta termasuk negara terkaya ketiga di dunia. Salah satu faktor yang menyebabkan negara Singapura menjadi negara paling maju di ASEAN adalah? UMUGM 2003 Kawasan berikat merupakan kawasan industri untuk A. tujuan ekspor dan kebutuhan dalam negeri B. memenuhi kebutuhan dalam negeri C. tujuan alih teknologi D. barang leketronik E. tujuan ekspor 3. UM UGM 2003 Salah satu faktor yang mendukung mejunya industri perikanan di Jepang adalah A. Salahsatu faktor pendorong pembaharuan islam di indonesia, bermula dari masalah ubudiyah dan campur aduknya adat istiadat, tradisi, dan agama. faktor pendukung lainnya sebagai berikut, kecuali: campur aduknya akidah dan kemusyrikan. sikap tak acuh kaum intelektual terhadap islam. meningkatnya misi kristenisasi di indonesia. kurang berfungsinya lembaga pendidikan islam secara maksimal. Fungsilahan padi sawah ke sektor perkebunan kelapa sawit (kasus: Satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian ini adalah sumber daya. Perkebunan kelapa sawit, (studi kasus di desa. Pdf Faktor Penentu Produksi Pada Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit Di Kabupaten Mamuju Utara from kelapa sawit, mengurangi konflik hak . JawabanFaktor ² yg mendorong alih fungsi pertanian , yaitu 1 Pertumbuhan penduduk yg pesat 2 Kenaikan kebutuhan masyarakat untuk permukiman 3 Tingginya biaya penyelenggaraan pertanian 4 Kurang nya minat generasi muda untuk mengelola lahan pertanian 5 Pergantian ke sektor yg dianggap lebih menjanjikan 6 Lemahnya regulasi pengendalian alih fungsi lahan. PenjelasanMaaf kalau jawaban saya salah Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian, kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat. Kecenderungan tersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1 faktor-faktor yang menjadi pendorong alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian baik secara internal maupun eksternal, dan 2 Alternatif kebijakan dalam rangka pengendalian alih fungsi lahan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskripitif kualitatif dengan menggunakan teori yang sudah ada. Hasil analisis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan teridiri dari faktor internal dan eksternal, faktor internal lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan dan faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi. Alternatif kebijakan untuk pengendalian alih fungsi lahan yaitu dengan melaksanakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian yang sesuai dengan spesifik lokasi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Seminar Nasional ā€œPENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITASPERTANIANā€Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017PROSIDINGSEMINAR NASIONALHASIL PENELITIAN AGRIBISNIS Iā€œPENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAINGKOMODITAS PERTANIANā€Tim EditorAgus Yuniawan IsyantoZulfikar NoormansyahTrisna Insan NoorHj. Dini RochdianiDedy SufyadiDani Lukman HakimMochamad RamdanDedi Herdiansah HardiyantoCecep PardaniMuhamad Nurdin YusufFitri YurohIda MaersarohDede Ahmad FaridDiterbitkan olehPROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS2017 SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 577TREN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NONPERTANIANā€œFaktor dan Alternatif Kebijakanā€œHendar NuryamanFakultas Pertanian Universitas SiliwangiEmail hendarnuryaman dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian,kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat. Kecenderungantersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari. Secara umum penelitian inibertujuan untuk mengetahui 1 faktor-faktor yang menjadi pendorong alih fungsi lahan pertanianke non pertanian baik secara internal maupun eksternal, dan 2 Alternatif kebijakan dalam rangkapengendalian alih fungsi lahan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskripitif kualitatifdengan menggunakan teori yang sudah ada. Hasil analisis menyimpulkan bahwa faktor-faktoryang mendorong terjadinya alih fungsi lahan teridiri dari faktor internal dan eksternal, faktor internallebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian penggunalahan dan faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhanperkotaan, demografi maupun ekonomi. Alternatif kebijakan untuk pengendalian alih fungsi lahanyaitu dengan melaksanakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupundaerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian yang sesuai dengan Kunci Alih fungsi, Faktor, Kebijakan1. PENDAHULUANSektor pertanian telah memberikansumbangan besar dalam pembangunannasional, seperti peningkatan ketahanannasional, penyerapan tenaga kerja,peningkatan pendapatan masyarakat,peningkatan Pendapatan DomestikRegional Bruto PDRB, perolehan devisamelalui ekspor-impor dan dengan peningkatan jumlahpenduduk dan perkembangan strukturperekonomian, kebutuhan lahan untukkegiatan nonpertanian cenderung terusmeningkat. Kecenderungan tersebutmenyebabkan alih fungsi lahan pertaniansulit dihindari. Rhina dan Susi 2012,menyatakan Alih fungsi lahan pertaniantelah menjadi isu global tidak hanya diNegara berkembang yang masihbertumpu pada sektor pertanian, namunjuga di negara maju untuk menghindariketergantungan terhadap impor produkpertanian. Dalam prosesnya, alih fungsilahan pertanian senantiasa berkaitan eratdengan ekspansi atau perluasan kasus menunjukkan jikadi suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan,maka dalam waktu yang tidak lama lahandi sekitarnya juga beralih fungsi secaraprogresif. Menurut Irawan 2005, haltersebut disebabkan oleh dua sejalan dengan pembangunankawasan perumahan atau industri disuatu lokasi alih fungsi lahan, makaaksesibilitas di lokasi tersebut menjadisemakin kondusif untuk pengembanganindustri dan pemukiman yang akhirnyamendorong meningkatnya permintaan SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 578lahan oleh investor lain atau spekulantanah sehingga harga lahan di sekitarnyameningkat. Kedua, peningkatan hargalahan selanjutnya dapat merangsangpetani lain di sekitarnya untuk menjuallahan. Wibowo 1996, menambahkanbahwa pelaku pembelian tanah biasanyabukan penduduk setempat, sehinggamengakibatkan terbentuknya lahan-lahanguntai yang secara umum rentanterhadap proses alih fungsi empiris lahan pertanianyang paling rentan terhadap alih fungsiadalah sawah. Hal tersebut disebabkanoleh 1 kepadatan penduduk dipedesaan yang mempunyaiagroekosistem dominan sawah padaumumnya jauh lebih tinggi dibandingkanagroekosistem lahan kering, sehinggatekanan penduduk atas lahan juga lebihtinggi; 2 daerah pesawahan banyakyang lokasinya berdekatan dengandaerah perkotaan; 3 akibat polapembangunan di masa sebelumnya,infrastruktur wilayah pesawahan padaumumnya lebih baik dari pada wilayahlahan kering; dan 4 pembangunanprasarana dan sarana pemukiman,kawasan industri, dan sebagainyacenderung berlangsung cepat di wilayahbertopografi datar, dimana pada wilayahdengan topografi seperti itu terutama diPulau Jawa ekosistem pertaniannyadominan areal persawahan Iqbal danSumaryanto, 2007.Menurut PUSPIJAK 2012beberapa penelitian menyimpulkanbahwa keadaan sosial, ekonomi, dankebijakan pemerintah dalam membuataturan pembangunan suatu sektor ataupembangunan nasional dapatmengakibatkan perubahan alih fungsi lahan pertanian didaerah dengan produktivitas rendahtidaklah terlalu mengancam produksipangan. Namun ketika alih fungsi lahanpertanian menjadi kawasan non pertanianterjadi di lahan beririgasi denganproduktivitas tinggi maka hal inimerupakan ancaman bagi ketersediaanpangan khususnya bahan makananpokok penduduk beras, Rhina dan Susi2012.Berdasarkan uraian diatas, padatulisan ini ingin dipelajari faktor-faktor apayang menjadi pendorong alih fungsi lahanpertanian ke non pertanian baik secarainternal maupun eksternal serta alternatifkebijakan dalam rangka pengendalian alihfungsi lahan. Akan tetapi dalam hal inipenulis tidak membahas mengenaidampak yang ditimbulkan dari adanya alihfungsi lahan METODE PENELITIANPendekatan penelitian yangdigunakan adalah deskripitif kualitatifdengan menggunakan teori-teori danhasil kajian yang sudah ada, data yangdigunakan adalah data sekunder daribeberapa tulisan yang mengupasmengenai alih fungsi lahan, studikepustakaan yaitu dilakukan dengan SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 579mengkaji beberapa literatur yangmendukung penelitian ini. Sekaran2010, mendefinisikan literature reviewsebagai tahapan proses yang didalamnyaterdiri dari identifikasi terhadap hasil kerjabaik yang dipublikasikan maupun tidakdari berbagai sumber data sekunder,melakukan evaluasi terhadap hasil kerjatersebut dalam kaitannya denganmasalah, dan yang terakhirmendokumentasikan HASIL DAN Faktor-faktor Pendorong AlihFungsi LahanAlih fungsi lahan merupakanperubahan untuk penggunaan lain yangdisebabkan oleh faktor-faktor yang secaragaris besar meliputi keperluan untukmemenuhi kebutuhan penduduk yangsemakin bertambah jumlahnya, danmeningkatnya tuntutan akan mutukehidupan yang lebih baik. Alih fungsilahan disebabkan oleh beberapa faktordiantaranya Faktor InternalFaktor internal adalah faktor daridalam, faktor ini lebih melihat sisi yangdisebabkan oleh kondisi sosial ekonomirumah tangga pertanian pengguna petani yang mencangkupumur, tingkat pendidikan, jumlahtanggungan keluarga, luas lahan yangdimiliki dan tingkat ketergantunganterhadap zaman yang semakin modern initidak dipungkiri para generasi muda lebihmemilih bekerja di bidang industri danperkantoran daripada bekerja di bidangpertanian. Hal ini menyebabkan daerahperdesaan yang bergerak di bidangpertanian kekurangan tenaga kerjaproduktif, karena ditinggal ke kota. Selainitu, semakin meningkatnya biayaoperasional dalam pengolahan lahanpertanian juga menyebabkan para petanimengalami kerugian, sehingga merekalebih memilih untuk beralih profesi danmenjual lahan pertaniannya sehinggaberalih fungsi menjadi lahan Faktor EksternalFaktor eksternal atau faktor dari luarmerupakan faktor yang disebabkan olehadanya dinamika pertumbuhanperkotaan, demografi maupun dalam hal ini yang dimaksud kedalam faktor-faktor tersebut aPertumbuhan perkotaan yang dimaksudadalah semakin padatnya daerahperkotaan maka akan terjadi ekspansi kedaerah pinggiran ataupun belakang sebagai daerah belakang kotayang memasok kebutuhan pangan kotaakan mulai terdesak dan tergerus akibatpertumbuhan dan perkembangan kotayang semakin pesat, sehingga lahan-lahan produktif pertanian yang berada didesa akan berubah fungsi menjadisebagai lahan permukiman ataupunindustri, b Demografi ataukependudukan yang dimaksud disiniadalah semakin meningkatnyapertumbuhan dan jumlah penduduk yang SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 580menyebabkan semakin meningkatnyapermintaan akan lahan yang akandigunakan sebagai perumahan atautempat tinggal. Pesatnya pembangunandianggap sebagai salah satu penyebabmenurunnya pertumbuhan produksi hasilpertanian khususnya produksi padi, cFaktor ekonomi merupakan faktorsemakin meningkatnya kebutuhan akanlahan di bidang ekonomi baik itudigunakan sebagai kegiatan pariwisatamaupun perdagangan. Selain itu, tekananekonomi pada saat krisis ekonomi jugadapat menyebabkan terjadinya alih fungsilahan. Hal tersebut menyebabkan banyakpetani menjual asetnya baik itu berupaladang, kebun maupun sawah untukmemenuhi kebutuhan hidupnya yangberdampak meningkatkan alih fungsilahan sawah dan makin meningkatkanpenguasaan lahan pada pihak-pihakpemilik modal atau Faktor KebijakanFaktor kebijakan berkaitan denganaspek peraturan regulasi yangdikeluarkan oleh pemerintah pusatmaupun daerah yang berkaitan denganperubahan fungsi lahan pada aspek regulasi itusendiri terutama terkait dengan masalahkekuatan hukum, sanksi pelanggaran danakurasi objek lahan yang dilarangdikonversi. Selain itu, kurangnya aksinyata hanya wacana semata dan tidakjelasnya langkah pemerintah dalammeminimalisir kegiatan yangmenyebabkan terjadinya alih fungsi lahanpertanian menjadi semakin banyak danmaraknya lahan yang ketiga faktor di atas, adabeberapa faktor lain lagi yangmenyebabkan terjadinya alih fungsi lahanpertanian, diantaranya1. Faktor kependudukanPesatnya peningkatan jumlahpenduduk telah meningkatkan permintaantanah untuk perumahan, jasa, industri danfasilitas umum Kebutuhan lahan untuk non pertanianKebutuhan lahan untuk kegiatannon pertanian antara lain pembangunanreal estate, kawasan industri, kawasanperdagangan dan jasa-jasa lainnya yangmemerlukan lahan yang luas, sebagiandiantaranya berasal dari lahan pertanianyang masih dikategorikan produktiftermasuk Faktor ekonomiFaktor ekonomi lebih didasarkankarena tingginya nilai sewa tanah landrent yang diperoleh dari aktivitas sektornon pertanian dibandingkan Faktor sosial budayaFaktor sosial budaya yang berkaitandengan adanya alih fungsi lahan antaralain keberadaan hukum waris yangmenyebabkan terfragmentasinya lahanpertanian, sehingga tidak memenuhibatas minimum skala ekonomi usahayang Lemahnya fungsi kontrol danpemberlakuan peraturan oleh lembagaterkait. SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 5816. Otonomi daerahOtonomi daerah yangmengutamakan pembangunan padasektor menjanjikan keuntungan jangkapendek lebih tinggi guna meningkatkanPendapatan Asli Daerah PAD, yangkurang memperhatikan kepentinganjangka panjang dan kepentingan nasionalyang sebenarnya penting bagimasyarakat secara Kurangnya minat generasi muda dibidang pertanianBeberapa golongan masyarakatmenganggap bahwa sektor pertanianadalah sektor minim penghasilan danberada dikelas bawah untuk golonganpekerjaan, bahkan tidak jarangmasyarakat Indonesia menganggappetani hanyalah untuk mereka yang tidakambil bagian dibidang Strategi Pengendalian Alih FungsiLahan PertanianPenyebab terjadinya alih fungsilahan pertanian bisa dikatakan bersifatmultidimensi. Oleh karena itu, upayapengendaliannya tidak mungkin hanyadilakukan melalui satu pendekatan tersebut mengingat lahan yang adamempunyai nilai yang berbeda, baikditinjau dari segi jasa service yangdihasilkan maupun beragam fungsi yangmelekat di dalamnya. Sehubungandengan hal tersebut, Pearce and Turner1990 merekomendasikan tigapendekatan secara bersamaan dalamkasus pengendalian alih fungsi lahankhususnya sawah wetland, yaitumelalui 1 regulation; 2 acquisition andmanagement; dan 3 incentive andcharge.1RegulationMelalui pendekatan ini pengambilkebijakan perlu menetapkan sejumlahaturan dalam pemanfaatan lahan yangada. Berdasarkan berbagai pertimbanganteknis, ekonomis dan sosial, pengambilkebijakan bisa melakukan pewilayahanzonasi terhadap lahan yang ada sertakemungkinan bagi proses alih itu, perlu mekanisme perizinanyang jelas dan transparan denganmelibatkan semua pemangkukepentingan yang ada dalam proses alihfungsi tatanan praktisnya, pola ini telahditerapkan pemerintah melalui penetapanRencana Tata Ruang Wilayah danpembentukan Tim Sembilan di tingkatkabupaten dalam proses alih fungsilahan. Sayangnya, pelaksanaan dilapangan belum sepenuhnya konsistenmenerapkan aturan yang ada.2Acquisition and ManagementMelalui pendekatan ini pihak terkaitperlu menyempurnakan sistem danaturan jual beli lahan sertapenyempurnaan pola penguasaan lahanland tenure system yang ada gunamendukung upaya kearahmempertahankan keberadaan lahanpertanian. SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 5823Incentive and ChargesPemberian subsidi kepada parapetani yang dapat meningkatkan kualitaslahan yang mereka miliki, sertapenerapan pajak yang menarik bagi yangmempertahankan keberadaan lahanpertanian, merupakan bentuk pendekatanlain yang disarankan dalam upayapencegahan alih fungsi lahan itu, pengembangan prasaranayang ada lebih diarahkan untukmendukung pengembangan kegiatanbudidaya pertanian berikut selama ini penerapanperundang-undangan dan peraturanpengendalian alih fungsi lahan kurangberjalan efektif, serta berpijak pada acuanpendekatan pengendalian sebagaimanadikemukakan di atas, maka perludiwujudkan suatu kebijakan alternatif tersebut diharapkanmampu memecahkan kebuntuanpengendalian alih fungsi lahansebelumnya. Adapun komponennyaantara lain instrumen hukum danekonomi, zonasi dan inisiatif hukum meliputipenerapan perundang-undangan danperaturan yang mengatur mekanisme alihfungsi lahan. Sementara itu, instrumenekonomi mencakup insentif, disinsentif,dan kompensasi. Pelibatan masyarakatseyogyanya tidak hanya terpaut padafenomena di atas, namun mencakupsegenap lapisan pemangku SIMPULAN DAN SimpulanFaktor-faktor yang mendorongterjadinya alih fungsi lahan terbagi kedalam dua bagian, yaitu 1 FaktorInternal, faktor ini lebih melihat sisi yangdisebabkan oleh kondisi sosial-ekonomirumah tangga pertanian pengguna didalamnya karakteristik petaniyang mencangkup umur, tingkatpendidikan, jumlah tanggungan keluarga,luas lahan yang dimiliki dan tingkatketergantungan terhadap lahan. 2Faktor Eksternal, Merupakan faktor yangdisebabkan oleh adanya adanya dinamikapertumbuhan perkotaan, demografimaupun alternatif kebijakan untukpengendalian alih fungsi lahan yaitudengan melaksanakan aspek regulasiyang dikeluarkan oleh pemerintah pusatmaupun daerah yang berkaitan denganperubahan fungsi lahan pertanian yangsesuai dengan spesifik lokasi. Adapunkomponennya antara lain instrumenhukum dan ekonomi, zonasi dan SaranAdapun saran yang dapat diberikandalam tulisan ini adalah 1 Pemerintahhendaknya lebih serius menanggapipermasalahan terkait alih fungsi lahan,utamanya dalam menetepkan suatukebijakan dan aturan perundang-undangan, 2 Masyarakat hendaknyamenyadari pentingnya lahan pertanianuntuk memenuhi kebutuhan pangan. SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 5835. DAFTAR PUSTAKAIqbal M. dan Sumaryanto. 2007. StrategiPengendalian Alih Fungsi LahanPertanian Bertumpu PadaPartisipasi Masyarakat. AnalisisKebijakan Pertanian. Volume 5 Juni 2007 167-182Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah Potensi Dampak, PolaPemanfaatannya, dan FaktorDeterminan. Forum Penelitian AgroEkonomi Volume 23, Nomor 1, Juni2005. Pusat Analisis SosialEkonomi dan Kebijakan dan Turner. of Natural ResourcesEnvironment. HarvesterWheatsheaf. Penelitian Dan PengembaganPerubahan Iklim Dan KebijakanPUSPIJAK Dan Forest carbonpartnership facility FCPF. Time Series Faktor-faktorSosial Ekonomi dan Kebijakanterhadap Perubahan PenggunaanLahan Analisis Time Series Faktor-faktor Sosial Ekonomi danKebijakan terhadap PerubahanPenggunaan Lahan. dan Susi W. 2012. Tren AlihFungsi Lahan Pertanian DiKabupaten Klaten. Jurnal SEPA Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 51 –182 ISSN 1829-9946Sekaran, Uma 2010. Research methodfor business A skill buildingapproach, 4th edition, John Wiley & 1996. Analisis PolaKonversi Sawah Serta DampaknyaTerhadap Produksi Beras StudiKasus di Jawa Timur. JurusanTanah, Fakultas Pertanian, ... Indonesia as the 4 th largest population in the world with continuous growing, settlements and industries are growing too. Those drive the changing of agricultural land to settlements and industries area [1]. In Indonesia the land changing trend is increasing. ...... The external factors include city movement the higher the density means the city will expand the area to surrounding area, demographics the increase of population lead the land need to increase and economic the land need for economic activity is increase. The last factor is policy regarding the land use change by government [1]. ... Zuhud RozakiEconomic development can affect many factors, such as agriculture and industry. These two sectors can significantly affect the economic health. Population growth encourages the employment opportunities to be increased. Industry becomes an area that can provide many job vacancies, but extend the industry is not easy because the side effect often takes agricultural land for operation. Industry in Special Region of Yogyakarta DIY is also growing like in other places. The land is changing from agricultural land to other functions. This phenomenon is gradually increasing year by year. This study aims to analyze the correlation between the industry growth and the decrease of agricultural land. The data from 2001 to 2016 were analyzed to know the correlation. The results ilustrate that there are significant correlations between industry growth and the decrease of agricultural land in Kulonprogo District, Bantul District, Sleman District, and Gunung Kidul District which are known as food production centers in DIY. Yogyakarta City does not have many agricultural lands, therefore there is no correlation between the industry growth and the decrease of agricultural land area. Therefore, develope the industry must consider the land that is used for expansion.... This is also exacerbated by erosion, especially by water and wind Saturday 2018. The higher value of land for non-agriculture economic problems and in addition to the decreasing ability of land ecological problems were the reasons for the owner to change or sell it Nurhidayah and Karjoko 2017;Nuryaman 2017. This of course, exacerbated food problems in terms of quantity and quality of the land. ...Pekarangan as one of the potential natural resources and closest to the family can be the right and strategic choice to be used in realizing family-scale food resiliency. The research was conducted in Transmigration area of East Lampung from June 2021 to December 2021. The determination of the pekarangan sample by purposive sampling was carried out on four transmigration ethnics, the Javanese 100 samples, the Sundanese 100 samples, the Balinese 100 samples , and the Madurese 13 population, as well as local transmigration, the Lampungnese 100 samples. Pekarangan model is determined from species diversities on agroforestry system and its plant multistorey condition. The results of identification found three agroforestry systems as a pekarangan model, the agroforest system Maduranese pekarangan, agrosilvopastoral Balinese, Javanese, and Lampungnese pekarangans, and agrosilvopastoralfishery Sundanese pekarangan. Each agroforestry system contributed to food sources by agroforest, to agrosilvopastoral, and agrosilvopastoralfishery.Bambang Irawanstrong>English Conversion of wetland area into non-agricultural uses raises economic, social, and environmental problems. This phenomenon is a serious problem for food security because it is unavoidable and its impact on food production decrease is permanent, accumulative, and progressive. To control wetland conversion the government launched many regulations but this formal approach seems ineffective due to various factors. Accordingly, policies revitalization including economic and social approaches should be developed. Principally, future policy of wetland conversion should be intended 1 to reduce economic and social factors that stimulate conversion of wetland area, 2 to control the acreage, location, and type of wetland area conversed in order to minimize the negative impacts, and 3 to neutralize negative impacts through investments funded by the private companies involved in the conversion. Indonesian Konversi lahan sawah ke penggunaan nonpertanian seperti kompleks perumahan, kawasan industri, kawasan perdagangan, dan sarana publik dapat menimbulkan dampak negatif secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Bagi ketahanan pangan nasional, konversi lahan sawah merupakan ancaman yang serius, mengingat konversi lahan tersebut sulit dihindari sementara dampak yang ditimbulkan terhadap masalah pangan bersifat permanen, kumulatif, dan progresif. Banyak peraturan yang diterbitkan pemerintah untuk mengendalikan konversi lahan sawah tetapi pendekatan yuridis tersebut terkesan tumpul akibat berbagai faktor. Sehubungan dengan itu maka diperlukan revitalisasi kebijakan dalam mengendalikan konversi lahan melalui pengembangan pendekatan ekonomi dan pendekatan sosial. Pada intinya kebijakan pengendalian konversi lahan di masa yang akan datang perlu diarahkan untuk mencapai tiga sasaran yaitu 1 menekan intensitas faktor sosial dan ekonomi yang dapat merangsang konversi lahan sawah, 2 mengendalikan luas, Iokasi, den jenis lahan sawah yang dikonversi dalam rangka memperkecil potensi dampak negatif yang ditimbulkan, dan 3 menetralisir dampak negatif konversi lahan sawah melalui kegiatan investasi yang melibatkan dana perusahaan swasta pelaku konversi SekaranIntroduction to research - Scientific investigation - The research process steps 1 to 3 the broad problem area, preliminary data gathering, problem definition - The research process steps 4 and 5 theoretical framework hypothesis development - The research process step 6 elements of research design - Experimental designs - Measurement of variables operational definition and scales - Measurement scaling, reliability, validity - Data collection methods - Sampling - Data analysis and interpretation - The research report - Managerial decision making and researchStrategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi MasyarakatM IqbalSumaryantoIqbal M. dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 No. 2, Juni 2007 167-182Tren Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten KlatenU RhinaW Dan SusiRhina dan Susi W. 2012. Tren Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Klaten. Jurnal SEPA Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 51 -182 ISSN 1829-9946Analisis Pola Konversi Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Beras Studi Kasus di Jawa TimurS C WibowoWibowo, 1996. Analisis Pola Konversi Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Beras Studi Kasus di Jawa Timur. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN Sari Alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu fenomena yang cukup banyak terjadi di ini. Alih fungsi lahan atau konversi lahan merupakan perubahan fungsi baik itu sebagian maupun keseluruhan dari suatu kawasan lahan , dari fungsi semula menjadi fungsi lain. Berdasarkan data statistik Kecamatan Angkona, selama kurun waktu lima tahun terakhir luas lahan kakao menurun, akibat petani mengalih fungsikan lahan mereka menjadi lahan persawahan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Angkona selama bulan Agustus-September 2017. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah petani yang telah melakukan alih fungsi lahan dari tanaman kakao ke tanaman padi yaitu sebanyak 28 petani. Analisis data yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian adalah analisis deskriptif, yang berusaha mengkaji faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang menodorong petani melakukan alih fungsi lahan antara lain , faktor produksi hasil produksi, faktor infrastruktur kecukupan irigasi, faktor ekonomi kestabilan harga, dan faktor budidaya serangan hama dan penyakit. Kata Kunci Alih Fungsi Lahan, Kakao, Padi Teks Lengkap Tidak berjudul Referensi Fauziah, L. N. 2005. ā€œAlih Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Tanah Non Pertanian Studi Komparatif Indonesia dan Amerikaā€. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Ginting, M. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian padi sawah terhadap Pendapatan Petani Studi Kasus di desa Munte Kabupaten Karo. Tesis , Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan. Kustiwan, Iwan. 2007. Kajian Permasalahan dan Kebijaksanaan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Pramono, S. 2015. Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah dan Prediksi Produksi dan Konsumsi Beras di Kabupaten Deli Serdang. Skripsi, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan Suparyono. 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta Supriyono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Parkem. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Surakhmad. 2000. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Tarsito. Bandung Yusriadi, M. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Tanaman Kakao Menjadi Kelapa Sawit Di Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Skripsi, Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Refbacks Saat ini tidak ada refbacks. Jakarta - Indonesia merupakan salah satu negara pendiri Association of Southeast Asian Nations atau ASEAN. Negara-negara ASEAN bekerja sama untuk memajukan Asia Tenggara di berbagai bidang. Tahukah kamu, apa faktor pendorong kerjasama antarnegara ASEAN dan faktor penghambatnya?Kerja sama antar negara ASEAN dilakukan dalam bidang sosial, politik, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Kerja sama negara-negara ASEAN juga membantu mencapai kesepakatan bersama dan meminimalisasi masalah yang timbul karena interaksi di berbagai sama antar negara ASEAN terjadi karena sejumlah faktor pendorong dan faktor penghambat. Berikut faktor pendorong dan penghambat kerja sama antarnegara ASEAN seperti dikutip dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIII dari Kementerian Pendidikan dan Faktor pendorongFaktor pendorong kerja sama antarnegara ASEAN yaitu1. Kesamaan dan perbedaan sumber daya alamKesamaan sumber daya alam antara beberapa negara dapat mendorongterbentuknya kerja sama antarnegara. Perbedaan sumber daya pangan di setiap negara ASEAN juga melahirkan kerja Indonesia mengekspor hasil pertanian ke Singapura. Indonesia juga mengimpor beras dari Myanmar dan Thailand untukmemenuhi kebutuhan Kesamaan dan perbedaan wilayah kondisi geografisKarena kesamaan letak geografis, beberapa negara di suatu kawasan pada umumnya mengadakan kerja sama untuk menjaga stabilitas dan keamanan contoh, negara-negara yang terletak di wilayah Asia Tenggara membentuk kerja sama melalui organisasi Faktor penghambatFaktor penghambat kerja sama di kawasan ASEAN antara lain1. Perbedaan IdeologiPerbedaan ideologi dapat menjadi faktor penghambat terjadinya kerja sama antar negara. Tetapi, faktanya, saat ini hampir tidak ada negara ASEAN yang menutup diri dari kerja sama antarnegara Konflik dan peperanganKondisi konflik dan peperangan yang terjadi di dalam negeri maupun antara negara mengganggu stabilitas negaranya sehingga akan menghambat kerja sama Kebijakan protektifSuatu negara dapat menerapkan kebijakan yang bertujuan melindungi kepentingan dalam negeri dan meningkatkan daya saing. Contohnya, sebuah negara tidak menerima impor hasil pertanian karena dapat mempengaruhi kondisi pendapatan hasil pertanian di dalam kebijakan di atas dapat mempengaruhi hubungan antarnegara. Dengan demikian, sebuah kebijakan protektif dapat menghambat kerja sama antarnegara Perbedaan kepentingan tiap-tiap negaraKerja sama dibutuhkan bagi perkembangan dan masa depan negara di dunia. Akan tetapi, dalam kerja sama antarnegara tiap-tiap negara memiliki kepentingan yang kepentingan tiap negara dapat menghambat kerja sama antar sudah tahu ya detikers apa saja faktor pendorong kerjasama antarnegara ASEAN dan faktor penghambatnya. Apa bentuk kerja sama negara ASEAN yang kamu tahu? Simak Video "Momen Jokowi dan Para Pemimpin ASEAN Pakai Batik di KTT Hari Kedua" [GambasVideo 20detik] twu/lus

salah satu faktor pendorong alih lahan pertanian di asean adalah